Character dalam Analisa Kredit (5C)
Sedikit mau sharing tentang Character pada 5C dalam Analisa Kredit. Beberapakali saya dapati saat diskusi dengan teman yang berhubungan dengan Character pada proses analisa kredit banyak yang menjawab, "oh..bagus karekter nya, lembut tidak kasar" atau "karakternya cooperative, yang bersangkutan sangat membantu" . Pernyataan hal ini membuat saya bingung, sebab wajar dong jika ada seseorang jika sedang dalam proses pengajuan kredit memiliki sikap yang lembut dan cooperative sebab mengharapkan ingin diapprove.
Hal ini lah yang menjadi pertanyaan buat saya mengapa Character dijadikan acuan pedoman yang pertama untuk menganalisa kredit. Apakah Character yang dimaksud adalah tatakrama atau prilaku orang yang mengajukan kredit ? saya yakin pastinya BUKAN, sebab jika iya, orang yang memiliki wajah kasar atau garang pastinya tidak akan di setujui jika landasan character yang dimaksud adalah demikian.
Setelah mengalami beberapa proses dalam bidang Analisa Kredit dimana saya mendapatkan ada 2 difinisi dari Character
- Character terhadap sikap dan prilaku, hal ini bisa kita lihat disaat calon nasabah sedang kita survey dimana terlihat sikap dan prilaku dari calon nasabah apakah lembut, kasar, pemarah, periang, pendiam, suka bicara, sombong dsb.
- Character terhadap pola aktivitas transaksi, hal ini tidak bisa lansung kita lihat pada saat kita survey, sebab pola transaksi berhubungan dengan pola bayar, pola kerja, pola tagih, pola belanja, pola jualan dsb. Untuk melihat pola ini diperlukan beberapa dokumen yang harus kita minta dari calon nasabah.
Untuk Character pada No.1 mungkin kita akan lebih mudah menilainya sebab hal tersebut sifatnya subjective terhadap apa yang kita lihat, namun bagaimana cara menilai Character pada No.2 apakah hanya dengan melihat wajahnya atau sikap dan prilakunya bisa kita menyimpulkan ? tentu saja tidak.
Untuk menilai Character pada No.2 kita membutuhkan beberapa dokumen pendukung berupa history transaksi seperti :
- History pembayaran sebelumnya, hal ini ada jika calon nasabah sebelumnya pernah memiliki ikatan kredit, atau biasanya nasabah ini disebut dengan nasabah RO (Repeat Order) atau AO (Additional Order). Namun jika tidak, kita bisa menanyakan kepada nasabah apakah pernah punya kredit di tempat lain. Jika pernah kita bisa minta untuk melampirkan dokumen tersebut.
- BI Checking, khusus BI Checking biasanya hanya bisa dilakukan oleh pihak Bank, dimana akan terlihat segala bentuk hutang yang dimiliki nasabah di setiap bank yang ada di Indonesia apakah masuk kategori Lancar, DPK (Dapat Perhatian Khusus), Diragukan atau Macet.
- Bukti pembayaran Listrik, Telkom atau PAM, 5 bulan terakhir
- Lain - lain (Segala bentuk bukti pembayaran dilakukan setiap bulan dalam periode tertentu (min.5 bulan) dan mengacu kepada tanggal jatuh tempo.)
Lantas bagaimana cara menilainya ? nah untuk menilainya ada beberapa langkah :
- Jangan terpengaruh pada nilai transaksinya apakah besar atau kecil sebab yang kita lihat bukan nilainya namun pola bayarnya.
- Lihat tanggal jatuh temponya dan tanggal transaksinya. Apakah tanggal transaksi selalu lebih besar dari tanggal jatuh tempo.
- Perhatikan jumlah hari Overdue (selisih dari tanggal bayar dengan tanggal jatuh tempo)
- Perhatikan transaksi sebelumnya apakah polanya sama atau berbeda, jika berbeda beda, coba buat standarisasi hari Overdue untuk menentukan seberapa jelek karakter calon nasabah kita. Jika semakin besar Overdue nya maka karakternya bisa dikatan jelek.
Demikian sharing saya tentang Character pada 5C dalam Analisa Kredit, mohon maaf jikalau ada yang kurang dan salah. Mungkin jika ada tambahan atau masukan bisa di infokan melalui comment dibawah ini.
Category: Analysis Credit, artikel, Informasi
Jakarta Time
0 comments